Top! Desa Wisata Mangkaban Sebawang Tembus 50 Besar ADWI 2024

WISATA: Salah satu atraksi budaya di Desa Wisata Mangkaban Sebawang, Kabupaten Tana Tidung, Provinsi Kalimantan Utara.

Desa Mangkaban Sebawang Tana Tidung, Satu-satunya desa di Kaltara yang Wakili Ajang ADWI 2024

TANA TIDUNG – Sebanyak 50 Desa Wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024 diumumkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Menariknya dari 50 desa wisata tersebut, nama Desa Mangkaban, Sebawang Kabupaten Tana Tidung, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) masuk dalam nominasi.

Desa Mangkaban Sebawang merupakan desa satu-satunya yang mewakili Provinsi Kaltara dalam ajang ADWI 2024 dalam tahap 50 besar. Sebelumnya Kabupaten Tana Tidung juga mengirimkan 3 perwakilan desa wisata yakni Seputuk, Mangkaban Sebawang dan Sapari yang tembus hingga 500 besar dari 6.016 total desa yang berparisipasi di seluruh Indonesia. Kemudian dalam seleksi 100 besar hanya Desa Wisata Mangkaban Sebawang yang berhasil lolos 100 besar dan terus melaju ke 50 besar ADWI 2024.

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Tana Tidung, Johansyah, S.Pd mengatakan, akan mempersiapkan dengan matang Desa Wisata Mangkaban Sebawang dalam menghadapi proses penilaian dari Kemenparekraf.

“Yang jelas kami menunggu hasil rapat dari desa, karena ada beberapa hal akan kami sesuaikan dengan kriteria penilaian yang ada. Kami juga komunikasikan dengan Pak Bupati melalui Asisten II, karena nanti terkait dengan beberapa OPD yang gotong-royong untuk menyiapkan desa itu agar dipersiapkan dengan matang,” ujar Johansyah, Senin (27/5/2024).

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Tana Tidung, Johansyah, S.Pd

Meski belum mengetahui secara pasti kapan tim penilaian ADWI akan bertandang ke Tana Tidung, ia optimis akan berhasil melewati tahap tersebut karena dukungan dari perangkat yang ada. Termasuk pendampingan dari Asosiasi Desa Wisata Indonesia (ASIDEWI).

“Kami belum tahu kapan. Kami tahu informasinya dari provinsi. Tentu kami juga memang sudah menyiapkan jauh-jauh hari, sebelum masuk pemilihan ADWI dan mendapat pendampingan dari ASIDEWI kepada 3 desa wisata kita. Yaitu Mangkaban Sebawang, Septuk dan Sapari dan ketiga-tiganya ini baru pertama kalinya kita ikutkan ke ADWI,” jelasnya.

“Target kita kalau bisa juara 1 dan harus optimis, karena ini juga mewakili Provinsi Kalimantan Utara. Kita punya pendamping yang luar biasa dari ASIDEWI, salah satu tim mereka punya pengalaman pernah juara 1 ADWI tahun 2021 di Lampung. Selain itu kita punya OPD yang siap membantu dan dukungan dari Bupati juga luar biasa. Jadi kita optimis dan InsyaAllah kami harus memberikan yang terbaik,” kata Johan menambahkan.

Selain mengapresiasi kepada Pemerintah Provinsi Kaltara yang telah memberikan ruang dan dukungan kepada Disparpora Tana Tidung, ia juga berterima kasih atas dukungan dari perangkat desa dan masyarakat Desa Sebawang. Terlebih desa tersebut memilki potensi pariwisata dan budaya yang cukup memikat sebagai destinasi wisata domestik maupun mancanegara

“Sejak adanya pendamping dari ASIDEWI seluruh element mendukung dari perangkat desa hingga masyarakat desa itu sendiri. Jadi adat-adat yang lama dimunculkan kembali, kemudian ada juga air terjun Mangkaban yang merupakan aset mereka. Rencananya rumah adat Dayak Belusu akan dibangun kembali sama pemerintah. Jadi kita proyeksikan Desa Mangkaban Sebawang ini menjadi desa wisata budaya dan alam,” tutupnya.

Dikutip dari https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/mangkaban, Desa sebawang adalah sebuah permukiman pedesaan yang terletak di tengah-tengah hamparan hijau dan subur di pedalaman Kalimantan Utara, Keunikan utama desa ini adalah tradisi memotong padi bergotong-royong yang dilakukan setiap tahunnya.

Setiap musim panen tiba, seluruh warga desa Sebawang Berkumpul dengan semangat yang tinggi di ladang-ladang mereka. Mereka memotong menggunakan alat yaitu ani-ani, alat tradisional yang dibuat sendiri oleh masyarakat dan memulai proses memanen dengan penuh kebersamaan, dan tidak ada pemisah antara pemilik lahan, setiap warga turut serta dalam pekerjaan tersebut.

Kegiatan memotong padi ini bukan hanya sekadar tugas rutin untuk mengumpulkan hasil panen, tetapi juga menjadi momen kebersamaan dan solidaritas di antara penduduk desa. Mereka bercanda, bernyanyi, dan saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan pekerjaan.

Dalam proses memotong padi bergotong-royong ini menjadi kesempatan bagi generasi muda untuk belajar dari yang lebih tua tentang tradisi dan teknik pertanian yang sudah diwariskan dari nenek moyang mereka. Hal ini menjaga keberlanjutan budaya dan memperkuat rasa kebanggaan akan warisan lokal mereka.

Desa Sebawang bukan hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga menjadi cagar budaya yang menghidupkan nilai-nilai tradisional dan semangat gotong-royong. Melalui kegiatan memotong padi bersama setiap tahunnya, desa ini memperkuat ikatan antarwarga serta mempertahankan keunikan dan keberlanjutan budayanya. (bcn/mam)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *